Kok Bisa Sih Istana Kecolongan 'Penyusup' Jiwasraya?

KONTENTERKINI.COM - PDI Perjuangan terus membela kadernya Harun Masiku yang kini sudah menjadi tersangka dalam kasus dugaan suap terhadap anggota KPU Wahyu Setiawan. PDIP terus berpendapat bahwa kadernya itu adalah korban dari penipuan dan pemerasan, sehingga tak layak ditangkap oleh KPK.
Terkait hal itu KPK membantah keras. KPK lantas mengingatkan PDIP bahwa saat menetapkan Harun sebagai tersangka, KPK sudah mempunyai ukti permulaan yang cukup.
"Ketika kami tetapkan tersangka dengan bukti permulaan yang cukup bahwa ada dugaan tindak pidana korupsi terkait dengan pemberian dan penerimaan suap," kata Plt. Juru Bicara KPK Ali Fikri seperti didkutip dari wartaeknomi.com.
Ia lalu menambahkan bahwa dengan alat bukti tersebut, KPK sudah mempunyai dasar yang kuat untuk mentersangkakan harun.
"Jadi, kami meyakini bedasarkan alat bukti yang ada dan kami terus periksa saksi yang ada adalah terkait dengan tindak pidana korupsi, jadi bukan sebagai korban," tambahnya.
Menurut Ali, masih terlalu dini untuk menilai Harun sebagai korban sebab hingga saat ini penyidik KPK telah memiliki alat bukti yang cukup untuk menjerat Harun sebagai tersangka dugaan suap.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto membela Harun saat menjalani pemeriksaan sebagai saksi untuk tersangka Saeful (SAE) dari unsur swasta dalam penyidikan tindak pidana korupsi suap terkait dengan penetapan calon terpilih anggota DPR RI periode 2019—2024. Hasto mengatakan bahwa berdasarkan konstruksi hukum yang telah dibangun oleh Tim Hukum PDIP, Harun Masiku bukanlah tersangka, melainkan korban dalam perkara ini.
"Dari seluruh konstruksi hukum yang dilakukan oleh tim hukum kami, dia menjadi korban karena tindak penyalahgunaan kekuasaan itu," kata Hasto usai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Jumat siang.Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko buka suara lagi perihal sejumlah stigma yang mencoba mengaitkan kasus yang menjerat eks Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo dengan Istana Kepresidenan.
Hal tersebut ditegaskan Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, saat menjawab tudingan bahwa ada kaitan dirinya dengan Hary Prasetyo yang kini menjadi tahanan Kejaksaan Agung atas dugaan kasus penyimpangan Jiwasraya.
"Jiwasraya sama sekali tidak ada hubungannya dengan Moeldoko, KSP. Jauh, jauh sekali," tegas Moeldoko, Jumat (24/1/2020).
Moeldoko tak memungkiri bahwa keberadaan Hary Prasetyo di KSP yang kala itu menempati posisi Kedeputian III bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis merupakan sebuah kecolongan.
"Pak Hary itu pernah di KSP. Pertanyaannya kok bisa ke sini? Lah itu mungkin di situ kita ada keteledoran sumber daya manusia kita untuk mendalami," kata Moeldoko.
"Tapi persoalannya kita tidak mengerti siapa background sesungguhnya. Karena saat itu Jiwasraya belum seperti saat ini," jelasnya.
Moeldoko mengaku memiliki hak untuk membantah sebuah persepsi yang tidak benar di publik. Menurutnya, tudingan tersebut sama sekali tidak mendasar, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
"Saya punya hak dong kalau itu nyinggung-nyinggung. Saya juga bisa punya alasan untuk membela diri. Saya katakan enggak ada sama sekali. Nanti bisa dilihat kok itu," tegas Moeldoko.
"Itu aja kira-kira biar gak berkepanjangan. Gak ada hubungannya dengan KSP. Jangan membangun persepsi, halusinasi," katanya.
Sumber : cnbc
Ikuti kami di FANSPAGE, klik : facebook.com/KONTENTERKINI
Follow Kami di INSTAGRAM, klik : www.instagram.com/kontenterkini/
0 Response to "Kok Bisa Sih Istana Kecolongan 'Penyusup' Jiwasraya?"
Posting Komentar